No #1 Platform For Job Updates

Join us on Telegram

Join Now

Join us on Whatsapp

Join Now

Monetisasi Konten Lama: Repost atau Remake?

Pernah merasa seperti sudah kehabisan ide konten? Atau malah sadar bahwa salah satu video atau tulisan lama kamu sempat viral dan pengin rasanya “ngejual” ulang konten itu? Kamu nggak sendiri. Banyak kreator konten, dari yang baru mulai sampai yang sudah punya basis audiens setia, sering kali menghadapi momen ini.

Lalu muncul pertanyaan besar: konten lama ini mending direpost aja atau dibuat ulang (remake) sekalian?

Kedua opsi itu sama-sama punya potensi menghasilkan cuan, tapi pendekatannya berbeda. Dan kalau kamu salah langkah, bukan nggak mungkin audiensmu merasa bosan atau malah menganggap kamu nggak kreatif lagi. Yuk kita bahas lebih dalam!

Kenapa Konten Lama Layak Dimonetisasi Ulang?

Pertama-tama, mari kita luruskan satu hal: konten lama itu bukan konten usang. Justru, kalau konten tersebut pernah perform bagus atau masih relevan sampai sekarang, sayang banget kalau dibiarkan tenggelam di timeline.

Misalnya saja, kamu mengubah metode selling menjadi soft selling yang lebih mengena di hati para penonton kamu, ini lebih mudah dan cepat.

Konten itu punya nilai historis dan emosional. Bisa jadi, itu adalah momen saat kamu dapat engagement tertinggi atau komentar positif dari followers.

Selain itu, algoritma media sosial sering kali memperlakukan konten secara real-time.

Artinya, banyak followers baru kamu yang belum pernah lihat postingan tahun lalu. Jadi, memunculkan kembali konten lama bisa jadi strategi pintar—kalau kamu tahu cara mainnya.

Repost – Simpel, Cepat, Tapi Berisiko?

Reposting konten lama itu seperti membuka kembali album foto liburan tahun lalu. Cepat dan mudah, tapi kalau terlalu sering dilakukan bisa dianggap malas atau tidak memberi nilai tambah. Repost cocok untuk:

  • Konten Evergreen: Misalnya tips hidup sehat, quote motivasi, atau tutorial yang nggak akan basi.
  • Momentum Spesial: Ulang tahun brand kamu, perayaan followers tertentu, atau momen atau konten viral yang relevan lagi.
  • Audiens Baru: Kalau followers kamu naik banyak dalam 3–6 bulan terakhir, repost bisa jadi pengenalan ulang yang efektif.

Tapi hati-hati. Jangan asal copas. Kalau kamu memutuskan untuk repost, tambahkan sedikit konteks baru di caption. Misalnya: “Masih relevan banget sama kondisi sekarang nih, jadi gue repost biar kalian yang baru gabung bisa dapet insight-nya.”

Jangan lupa juga perhatikan jam posting. Mungkin dulu kamu posting malam hari dan performanya biasa aja. Coba sekarang di jam prime time atau setelah melakukan A/B testing kecil-kecilan.

Remake – Perlu Effort, Tapi Bisa Lebih Menggigit

Kalau repost itu kayak mengenang masa lalu, remake lebih mirip kayak reboot film lawas yang disesuaikan dengan zaman sekarang. Kamu ambil esensinya, lalu kemas ulang dengan gaya dan sentuhan yang lebih segar.

Misalnya, kamu pernah bikin video tentang “Cara Bangun Pagi Tanpa Alarm” tahun 2021. Sekarang, kamu remake konten itu dengan tambahan fitur-fitur smart alarm terbaru, visual yang lebih modern, dan narasi yang lebih engaging.

Hasilnya? Bisa jadi kontennya jauh lebih viral karena sesuai kebutuhan audiens sekarang. Remake cocok untuk:

  • Konten yang Sudah Outdated – Data lama, gaya visual jadul, atau tone yang kurang relevan.
  • Konten Berkinerja Tinggi – Kalau kontennya dulu performanya bagus, remake bisa menyalakan kembali hype-nya.
  • Eksperimen Format Baru – Dulu kamu bikin dalam bentuk tulisan, sekarang bisa kamu ubah jadi carousel, reels, atau bahkan podcast singkat.

Tentu saja, remake butuh waktu dan tenaga ekstra. Tapi sepadan, apalagi kalau kamu ingin menjaga image sebagai kreator yang berkembang.

Mana yang Lebih Menguntungkan Secara Finansial?

Secara logika, remake lebih punya potensi monetisasi jangka panjang karena memberi impresi segar dan bisa dijual ulang sebagai konten baru, terutama jika kamu pakai di platform yang mendukung monetisasi berdasarkan engagement seperti YouTube, TikTok, atau Facebook Reels.

Tapi jangan salah, repost pun bisa menghasilkan cuan, terutama di platform yang berbasis volume views atau CPM.

Banyak kreator TikTok dan Instagram yang berhasil mendapatkan views tinggi hanya dengan repost video yang sempat viral beberapa bulan lalu, terutama kalau mereka ganti caption dan masukin keyword baru.

Tipsnya? Lihat data! Cek analytics konten lamamu. Lihat mana yang paling banyak disave, dikomentari, atau dibagikan. Itu bisa jadi kandidat utama untuk direpost atau diremake.

Kapan Harus Repost, Kapan Harus Remake?

Ada beberapa pertanyaan yang bisa kamu tanyakan ke diri sendiri sebelum memutuskan:

Q: Apakah kontennya masih relevan?
A: Kalau ya, kamu bisa repost. Kalau tidak, remake lebih ideal.

Q: Apakah visual atau narasinya sudah ketinggalan zaman?
A: Kalau iya, remake akan jauh lebih berdampak.

Q: Apakah kamu punya waktu untuk produksi ulang?
A: Kalau lagi mepet, repost bisa jadi jalan pintas yang tetap menghasilkan.

Q: Apakah audiens kamu cenderung menyukai konten yang fresh atau nostalgia?
A: Ini bisa kamu lihat dari engagement sebelumnya.

Strategi Kombinasi: Yang Paling Cuan?

Beberapa kreator sukses justru menggabungkan dua strategi ini. Misalnya, mereka repost dulu konten lama dengan caption baru.

Kalau performanya bagus, baru mereka invest waktu untuk remake versi terbarunya. Ini seperti test market kecil-kecilan.

Contohnya, kamu repost video lama “5 Tools Gratis Buat Desain Konten”, lalu lihat engagement-nya dalam seminggu.

Kalau naik, kamu bisa remake versi 2025-nya dengan tools terbaru dan desain lebih menarik. Bahkan bisa kamu bundling jadi e-book atau workshop online.

Nah, di situ mulai kelihatan monetisasi seriusnya.

Jangan Lupakan “Sentuhan Emosi”

Salah satu kesalahan umum saat repost atau remake adalah mengabaikan jiwa dari konten itu sendiri. Padahal, konten yang bikin audiens terhubung biasanya punya sisi personal, emosional, atau setidaknya, terasa “ngobrol”.

Jadi, saat kamu remake, jangan cuma fokus di editing atau transisi. Ceritakan ulang kenapa dulu kamu bikin konten itu, apa yang kamu alami waktu itu, atau insight apa yang kamu dapet setelahnya.

Sentuhan seperti ini bikin konten terasa lebih hangat dan manusiawi—dan itu yang sering kali bikin orang stay lebih lama.

Nggak Ada Jawaban Mutlak!

Repost atau remake, dua-duanya bisa jadi strategi cerdas untuk monetisasi konten lama—asal kamu tahu kapan dan bagaimana menggunakannya. Yang terpenting adalah tetap peka terhadap audiensmu, tahu kapan harus muncul dengan yang baru, dan kapan harus mengangkat kembali yang lama.

Ingat, konten bukan cuma soal tampil beda terus-terusan. Tapi juga tentang membangun koneksi, mempertahankan relevansi, dan menghidupkan kembali momen-momen terbaik dari arsip digitalmu.

Jadi, setelah baca artikel ini, yuk buka lagi galeri konten lama kamu. Siapa tahu ada harta karun yang bisa kamu hidupkan lagi—dan kali ini, bawa lebih banyak cuan!

Semoga bermanfaat ya ~

Related Posts

Script Konten TikTok Produk Teko Listrik Pemanas Air

Script Konten TikTok Produk Teko Listrik Pemanas Air (Teknik Kebiasaan Salah + Koreksi + CTA)

Script Konten TikTok Produk Cetakan Kue Kering

Script Konten TikTok Produk Cetakan Kue Kering (Konsep Simulasi Masalah + Solusi Cepat + CTA)

Script Konten TikTok Produk Mixer Tangan Elektrik

Script Konten TikTok Produk Mixer Tangan Elektrik (Konsep Story Gagal + Titik Balik + CTA)

Leave a Comment

Stay informed about the latest government job updates with our Sarkari Job Update website. We provide timely and accurate information on upcoming government job vacancies, application deadlines, exam schedules, and more.

Popular Job Posts